Sumber : www.recode.id |
Sepertinya dua nama malaikat ini tidak lagi asing untuk didengar di telinga, malaikat itu bernama Raqib dan Atid. Dalam ajaran agama islam, kedua malaikat ini memiliki tugas mencatat amal baik dan amal buruk yang dilakukan oleh manusia sebagai hamba Allah Swt untuk dipertanggung jawabkan di hari akhir kelak. Singkatnya, mungkin aplikasi Raqib Atid hadir di playstore tempo lalu tidak terlepas dari pembuatnya yang terinspirasi dari tugas malaikat tersebut.
Logo Aplikasi |
Sebelum menuai pro kontra, penulis akan memberikan gambaran mengenai aplikasi yang satu ini. Aplikasi Raqib Atid baru saja dirilis pada 28 April 2020 lalu dan dikhususkan untuk pengguna Android. Sementara itu, pengguna IOs dan Windows nampaknya harus lebih bersabar untuk dapat menyelami aplikasi ini.
Seperti namanya, kehadiran aplikasi ini sesuai dengan tugas dari Malaikat Raqib dan Atid karena di dalamnya terdapat fitur untuk mencatat dosa dan pahala penggunanya.
"Aplikasi yang dapat membantu Anda menjadi pribadi yang lebih baik dengan mencatat kesalahan dan kebaikan Anda tiap hari serta memberi Anda ringkasan dan grafik kesalahan serta kebaikan Anda setiap hari," demikian tulisan deskripsi di aplikasi Raqip Atid.
Tampilan Awal Aplikasi |
Dengan ukuran file yang cukup kecil hanya 4,9 MB, aplikasi Raqib Atid ini menggunakan antarmuka yang tampak sederhana dengan menu utama terdiri dari dua bagian yaitu Dosa dan Pahala. Dalam menu dosa, tersedia beberapa jenis tindakan tak baik seperti berbicara kotor, membantah orang tua, gibah, ingkar janji dan mencuri.
Dosa maupun pahala pun bisa dituliskan manual, seperti pada catatan kebaikan atau keburukan yang biasanya dipakai orangtua untuk menilai perilaku anak.
Jenis perbuatan yang digolongkan dalam kategori dosa, antara lain adalah ghibah, berbicara kotor, membantah orang tua, ingkar janji, mencuri, dan jenis dosa lainnya. Pengguna aplikasi juga bisa menambahkan jenis dosa lainnya. Misalnya dalam satu hari pengguna memasukkan dosa ingkar janji, mereka diminta menambahkan jumlah dosa ingkar janji yang telah dilakukan.
Kemudian pada kategori pahala, terdapat sejumlah perilaku yang dianggap menghasilkan pahala. Misalnya saja zikir, salat, sedekah, membantu orang, membaca Al-Quran, membantu orang tua, serta berpuasa. Sama dengan kategori dosa, pengguna bisa mencatat sendiri berapa banyak kegiatan baik yang dilakukan. Mereka juga bisa menambah jenis pahala.
Jenis perbuatan yang digolongkan dalam kategori dosa, antara lain adalah ghibah, berbicara kotor, membantah orang tua, ingkar janji, mencuri, dan jenis dosa lainnya. Pengguna aplikasi juga bisa menambahkan jenis dosa lainnya. Misalnya dalam satu hari pengguna memasukkan dosa ingkar janji, mereka diminta menambahkan jumlah dosa ingkar janji yang telah dilakukan.
Kemudian pada kategori pahala, terdapat sejumlah perilaku yang dianggap menghasilkan pahala. Misalnya saja zikir, salat, sedekah, membantu orang, membaca Al-Quran, membantu orang tua, serta berpuasa. Sama dengan kategori dosa, pengguna bisa mencatat sendiri berapa banyak kegiatan baik yang dilakukan. Mereka juga bisa menambah jenis pahala.
Untuk melihat perbandingan dan akumulasi dari dosa dan pahala itu, aplikasi ini dilengkapi dengan menu total. Menu ini akan mengkalkulasi persentase dosa berdasarkan jenis-jenisnya dalam bentuk diagam lingkaran. Demikian juga dengan kalkulasi persentase pahala yang dilakukan. Persentase ini akan ditampilkan dalam bentuk diagram lingkaran.
Tampilan Diagram Aplikasi |
Selanjutnya pada menu start, pengguna akan ditampilkan statistik perbuatan dosa dan pahala per jenisnya. Misalnya, statistik untuk jenis dosa membantah orang tua, ghibah, ingkar janji, dan jenis dosa lain yang sebelumnya dicatatkan. Statistik pahala pun juga bisa ditampilkan berdasarkan jenis pahalanya.
Gimana menarik bukan? Pertanyaannya kenapa menuai pro-kontra ya? Inilah yang nanti akan kita akan bahas!
Walaupun baru saja dirilis, namun aplikasi ini nyatanya telah diunduh lebih dari 5.000 kali, dan memperoleh torehan bintang di atas 4, hal ini membuktikan bahwa banyak warganet yang suka dan tertarik dengan aplikasi tersebut.
Lalu, bagaimana pendapat para tokoh agama terkait kehadiran aplikasi Raqib Atid ini?
Gimana menarik bukan? Pertanyaannya kenapa menuai pro-kontra ya? Inilah yang nanti akan kita akan bahas!
Walaupun baru saja dirilis, namun aplikasi ini nyatanya telah diunduh lebih dari 5.000 kali, dan memperoleh torehan bintang di atas 4, hal ini membuktikan bahwa banyak warganet yang suka dan tertarik dengan aplikasi tersebut.
Lalu, bagaimana pendapat para tokoh agama terkait kehadiran aplikasi Raqib Atid ini?
Ustd. Muhammad Yusron Shidqi(Gus Yusron) Sumber : www.Qobasiyyah.com |
Seperti yang penulis kutip dari hasil wawancara tim Antara pada kamis (07/5) Ustadz M. Yusron atau yang memiliki sapaan akrab Gus Yusron menilai jika aplikasi ini memiliki tujuan yang baik. “Aplikasi ini adalah sebuah usaha untuk membantu penggunanya untuk muhasabah (evaluasi diri) secara sederhana, sebagai sebuah simulasi bagaimana penghitungan amal sehingga membuat kita lebih waspada dalam berbuat”.
Gus Yusron menuturkan dengan adanya Aplikasi ini diharapkan mampu menjadi sarana dalam memperbaiki diri.
"Harapannya adalah dengan mulai memperbaiki amal secara global, kita akan memperbaiki amal yang lebih detail," tutur Gus Yusron yang juga pengasuh Ponpes al-Hikam Depok, Jawa Barat, itu.
Hal selaras juga diungkapkan Ustadzah Arini Retnaningsih, menurut penuturan beliau, pengguna boleh menjadikan aplikasi Raqib Atid sebagai sarana mengevaluasi diri. Namun, tidak berarti menyamakan dengan catatan yang dimiliki malaikat Raqib dan Atid utusan Allah Swt.
"Ya kalau cuma dijadikan sarana muhasabah tidak apa-apa. Tapi aplikasi ini beda dengan catatan malaikat pencatat amal dan dosa kita. Malaikat mencatat sampai ke hal-hal kecil yang boleh jadi kita sendiri tidak menyadarinya," tutur Arini yang aktif mengisi kajian khusus kemuslimahan di beberapa forum kajian sekawasan Bogor itu.
"Harapannya adalah dengan mulai memperbaiki amal secara global, kita akan memperbaiki amal yang lebih detail," tutur Gus Yusron yang juga pengasuh Ponpes al-Hikam Depok, Jawa Barat, itu.
Ustadzah Arini Retnaningsih Sumber: facebook.com |
"Ya kalau cuma dijadikan sarana muhasabah tidak apa-apa. Tapi aplikasi ini beda dengan catatan malaikat pencatat amal dan dosa kita. Malaikat mencatat sampai ke hal-hal kecil yang boleh jadi kita sendiri tidak menyadarinya," tutur Arini yang aktif mengisi kajian khusus kemuslimahan di beberapa forum kajian sekawasan Bogor itu.
Sekretaris Jendral MUI Anwar Abbas Sumber : www.inisiatifnews.com |
Keberadaan Aplikasi ini juga tak lupa menuai komentar positif dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan sebaiknya masyarakat tidak tergiur dengan adanya aplikasi pencatat pahala dan dosa. Sebab, manusia tidak bisa mengukur perbuatannya secara konkrit akan mendapat pahala atau dosa.
"Kalau dalam keyakinan islam kan memang begitu, ada malaikat yang mencatat kebaikan dan keburukan kita.Untuk zahirnya mungkin kita bisa mengetahui dan mencatatnya tapi untuk batinnya siapa yang tahu. Kita sendiri sebagai pelaku mungkin juga tidak bisa karena kadang niat kita sudah bercampur baur. Tapi kedua malaikat tersebut akan bisa mencatatnya dengan baik tanpa ada kesalahan dalam pencatatan dan penilaiannya," Tulis Anwar melalui pesan singkat, Senin (11/5).
"Kalau dalam keyakinan islam kan memang begitu, ada malaikat yang mencatat kebaikan dan keburukan kita.Untuk zahirnya mungkin kita bisa mengetahui dan mencatatnya tapi untuk batinnya siapa yang tahu. Kita sendiri sebagai pelaku mungkin juga tidak bisa karena kadang niat kita sudah bercampur baur. Tapi kedua malaikat tersebut akan bisa mencatatnya dengan baik tanpa ada kesalahan dalam pencatatan dan penilaiannya," Tulis Anwar melalui pesan singkat, Senin (11/5).
"Oleh karena itu, saya takut orang nanti terpesona dengan catatannya, padahal apa yang dia lakukan itu tidak bernilai di mata Allah," sambungnya.
Anwar menilai aplikasi tersebut tidak perlu diberi nama Raqib Atid. Hal itu dikhawatirkan merusak gambaran kesucian malaikat.
"Oleh karena itu, menurut saya hal-hal seperti itu tidak perlu, dan kalau akan dibuat juga jangan pakai nama Raqib dan Atid. Karena akan bisa menjadi guyonan dan itu tidak baik dan bisa merusak citra dan gambaran kesucian malaikat itu sendiri," ucapnya.
Anwar berpandangan apa yang dilakukan pembuat aplikasi itu tidak sepenuhnya salah karena dapat menjadi sarana introspeksi diri. Hanya, yang menjadi masalah pemberian nama pada aplikasinya.
"Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu juga tidak terlalu salah. Itu misalnya bisa dipergunakan untuk mendidik anak agar mereka bisa mengetahui keadaan mereka, apakah sudah baik atau belum. Dan bagi orang dewasa juga bisa dijadikan sebagai alat untuk mengukur diri. Tapi kalau bisa namanya jangan nama-nama malaikat, tapi alat pengukur diri misalnya," ujarnya kembali.
"Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu juga tidak terlalu salah. Itu misalnya bisa dipergunakan untuk mendidik anak agar mereka bisa mengetahui keadaan mereka, apakah sudah baik atau belum. Dan bagi orang dewasa juga bisa dijadikan sebagai alat untuk mengukur diri. Tapi kalau bisa namanya jangan nama-nama malaikat, tapi alat pengukur diri misalnya," ujarnya kembali.
Menilik dari pendapat beragam tokoh agama tersebut, dapat kita ketahui bahwa malaikat tidak akan melewatkan amalan sekecil apapun sampai ke amalan yang paling besar, niat yang menyimpang, rasa iri, kebencian, sum’ah (haus akan pujian), ujub (membanggakan diri sendiri) dan hal lain tidak terlihat yang mungkin tidak tersedia dalam fitur aplikasi Raqib Atid. Setidaknya, aplikasi Raqib Atid ini mampu dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki diri ke depannya.
Selanjutnya, kita simak Pro Konta Aplikasi Raqib Atid di tengah warganet
Aplikasi yang sempat viral di jagad maya twitter baru-baru ini, ternyata turut menuai pro dan kontra di kalangan warganet, banyak yang terhibur dan tak sedikit dari warganet yang menentang kehadiran dari aplikasi tersebut. Aplikasi yang ramai dibicarakan ini bermula dari postingan yang diunggah oleh akun @mazzini_gsp “Sekarang Malaikat Raqib-Atid hadir dalam bentuk aplikasi buat itung dosa sama pahala kita” tulisnya hingga senin (11/05) postingan tersebt sudah dibicarakan hingga 7.898 kali dan disukai lebih dari 18 ribu warganet di laman twitter.
Meski demikian, aplikasi yang sempat viral tersebut kini telah ditarik keberadaannya dari playstore oleh pembuatnya untuk sementara waktu.
Siapa pembuat aplikasi tersebut?
Pembuat aplikasi tersebut bernama Mahmud Fauzi, dia adalah seorang develover aplikasi smartphone yang bertempat tinggal di Karanganyar, Jawa Tengah. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan teknik Fisika di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Latar belakang nama Raqib Atid disebutnya berawal dari pemikirannya mengenai apa yang ini dilakukannya ketika bulan suci Ramadhan tiba.
Sumber : www.twitter.com |
Meski demikian, aplikasi yang sempat viral tersebut kini telah ditarik keberadaannya dari playstore oleh pembuatnya untuk sementara waktu.
Siapa pembuat aplikasi tersebut?
Pembuat aplikasi tersebut bernama Mahmud Fauzi, dia adalah seorang develover aplikasi smartphone yang bertempat tinggal di Karanganyar, Jawa Tengah. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan teknik Fisika di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Latar belakang nama Raqib Atid disebutnya berawal dari pemikirannya mengenai apa yang ini dilakukannya ketika bulan suci Ramadhan tiba.
Berawal dari pemikiran itu, Fauzi tertarik membuat aplikasi tersebut dalam waktu yang lumayan singkat, cukup dengan waktu tiga hari dibantu dengan konsepan yang ia buat, aplikasi Android Studio dan Java, maka jadilah Aplikasi Raqib Atid di tangannya. Tujuan aplikasi itu sendiri adalah sebagai alat bantu untuk mencatat perilaku masing-masing.
“Untuk introspeksi dan muhasabah diri sesuai definisi yang saya buat, sehingga tujuan dalam deskripsi di app saya yaitu menjadi pribadi yang lebih baik tercapai,” Ujar Fauzi.
Untuk menjadi sosok yang lebih baik setiap hari, menurutnya diperlukan pencatatan amal. “Mencatat perilaku tersebut bisa di otak kita masing-masing atau dengan alat bantu misal aplikasi yang saya buat,” kata Fauzi.
“Untuk introspeksi dan muhasabah diri sesuai definisi yang saya buat, sehingga tujuan dalam deskripsi di app saya yaitu menjadi pribadi yang lebih baik tercapai,” Ujar Fauzi.
Untuk menjadi sosok yang lebih baik setiap hari, menurutnya diperlukan pencatatan amal. “Mencatat perilaku tersebut bisa di otak kita masing-masing atau dengan alat bantu misal aplikasi yang saya buat,” kata Fauzi.
Lantas mengapa Aplikasi Raqib Atid ditarik di Google Playstore?
Dari laman kompas.com, Fauzi menjelaskan alasannya menarik kembali aplikasi tersebut dari jagad Playstore karena banyak multipersepsi dari warganet.
Penulis mengutip dari pantauan kumparanTECH, sejak Senin (11/5) pagi, aplikasi Raqib Atid sudah tidak tersedia lagi di Google Playstore. Sang pembuat aplikasi, Mahmud Fauzi, mengatakan bahwa aplikasi Raqib Atid memang ditarik olehnya dari Playstore dengan alasan tertentu. Ia menjelaskan aplikasi tersebut menimbulkan kesalahpahaman, sehingga ada banyak komentar negatif yang diterimanya.
“Aplikasinya sudah saya tarik dari playstore karena banyak kesalahpahaman masyarakat, banyak komentar negatif dan cenderung kasar, serta email yang saya dapat cenderung kasar dan negatif,” ujar Mahmud Fauzi, pencipta aplikasi Raqib Atid, Minggu(10/5).
Namun, banyaknya komentar miring tak menciutkan pria yang sedang menempuh ujian tengah semester itu untuk terus memperbaiki karyanya tersebut. Ia bahkan akan melakukan pengembangan dan akan segera merilis aplikasi Raqib Atid, mungkin dengan nama baru yang tidak menimbulkan kontroversi.
"Mungkin nanti setelah ujian semester selesai, Jumat (15/5) depan mungkin," katanya lagi.
“Aplikasinya sudah saya tarik dari playstore karena banyak kesalahpahaman masyarakat, banyak komentar negatif dan cenderung kasar, serta email yang saya dapat cenderung kasar dan negatif,” ujar Mahmud Fauzi, pencipta aplikasi Raqib Atid, Minggu(10/5).
Namun, banyaknya komentar miring tak menciutkan pria yang sedang menempuh ujian tengah semester itu untuk terus memperbaiki karyanya tersebut. Ia bahkan akan melakukan pengembangan dan akan segera merilis aplikasi Raqib Atid, mungkin dengan nama baru yang tidak menimbulkan kontroversi.
"Mungkin nanti setelah ujian semester selesai, Jumat (15/5) depan mungkin," katanya lagi.
Mungkin cukup sampai sini ya sob, kita tunggu peluncuran aplikasi yang sudah diperbarui oleh develover aplikasi smartphone-nya.
Nampaknya belum lengkap kalo belum membaca komentar receh warga +62 terhadap aplikasi ini, skuylah disimak.
“Sumpah ngakak, ini yang buat tetangga sebelah rumah nder. Emang masnya kocak sih. Alhamdulillah kalau viral dan banyak yang download. Soalnya pas bikin, dia sambat jaringan ngak begitu bagus…” tulis akun @annsabil
“Buat nyatet doa doang itu mah kalo gw download” tulis akun @paysalkhs “Masnya tawadu ya :v..”
“Pengen itung dosanya Joung Young anaknya Sun Wo” tulis akun @han.anisa24
(kayaknya mbaknya K-Popers ni ya)
“Dikira malaikat kena lockdown kali yah (Sad emoticon) sampe bikin apk kya gtu buat nyatet sendiri” tulis akun @rykun_96
“Sumpah ngakak, ini yang buat tetangga sebelah rumah nder. Emang masnya kocak sih. Alhamdulillah kalau viral dan banyak yang download. Soalnya pas bikin, dia sambat jaringan ngak begitu bagus…” tulis akun @annsabil
“Buat nyatet doa doang itu mah kalo gw download” tulis akun @paysalkhs “Masnya tawadu ya :v..”
“Pengen itung dosanya Joung Young anaknya Sun Wo” tulis akun @han.anisa24
(kayaknya mbaknya K-Popers ni ya)
“Dikira malaikat kena lockdown kali yah (Sad emoticon) sampe bikin apk kya gtu buat nyatet sendiri” tulis akun @rykun_96
“Sekedar buat lucu2an boleh lahh …tapi kalo untuk dibuat serius jangan. Yg tauamal kita Allah dan maikat sebenarnya bukan Aplikasi” tulis akun @liaaulia8302
“Mungkin niat awalnya baik ya…jadi selfcontrol…” tulis akun @fillafr
Selamat Membaca
Penulis : Artha Ganop Arrofi
Posting Komentar
Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya