Istilah Highly Sensitive Person (HSP) mungkin belum dikenal luas oleh kebanyakan orang, walau pada nyatanya satu per lima dari total manusia di bumi ini tergolong sebagai Highly Sensitive Person. Istilah ini pada awalnya diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi bernama Dr. Elaine Aron pada tahun 1991. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, individu dengan sifat highly sensitive sering dianggap sebagai orang yang 'berlebihan' oleh masyarakat luas. Karena cenderung sangat sensitif terhadap lingkungannya, Highly Sensitive Person akan menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap kejadian yang ia alami. Untuk mengetahui lebih jauh tentang HSP, mari kita simak penjelasan di bawah ini.
Apa itu Highly Sensitive Person?
Secara sederhana HSP dapat kita definisikan sebagai sifat yang memiliki sensitivitas dan respon yang tinggi1 (lebih besar dari kebanyakan orang) terhadap rangsangan internal atau external, dan lingkungan atau sosial. Lebih lanjut, Dr. Elaine Aron menggambarkan Highly Sensitive Person ke dalam beberapa ilustrasi sebagai berikut:
- mudah kewalahan/terganggu oleh hal-hal yang merangsang panca indra seperti lampu yang terlalu terang, bau yang menyengat, atau kain baju yang kasar.
- cenderung kebingungan ketika harus melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat.
- cenderung menghindari jenis film atau acara televisi yang mengandung unsur kekerasan.
- ketika sibuk cenderung menarik diri dari keramaian, seperti ke tempat tidur, ruangan yang agak gelap, atau tempat yang dapat memberikan privasi.
- memprioritaskan diri agar terhindar dari hal-hal dan situasi yang menjengkelkan.
- cenderung suka menikmati karya seni, cita rasa, suara, atau wewangian.
Ciri-ciri Highly Sensitive Person
Psych2go sebagai salah satu kanal Youtube yang aktif membahas topik mental health menyebutkan paling tidak ada 8 ciri-ciri dari Highly Sensitive Person. Terlepas dari beberapa ciri tersbut, masing-masing individu HSP mungkin memiliki ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Sebagian individu mungkin memiliki semua ciri-ciri tersebut, sedangkan yang lain hanya mengalami lima ciri saja.
Berikut merupakan 8 karakteristik Highly Sensitive Person.
- Reaktif secara emosional
- Lebih menyukai kegiatan olahraga sendirian
- Membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan
- Sangat memperhatikan detail
- Cenderung berhati-hati dan memiliki manner yang baik
- Rentan depresi (terutama jika memiliki pengalaman buruk di masa lalu)
- Cenderung tidak menyukai film horor atau yang mengandung kekerasan
- Dapat berperan sebagai orang yang memediasi diskusi dalam suatu kerja tim
Fakta-fakta seputar Highly Sensitive Person
Topik Highly Sensitive Person telah lama dibahas oleh para ahli dalam ilmu psikologi, namun belum banyak orang yang paham tentang sifat yang satu ini. Berikut merupakan fakta-fakta seputar HSP yang perlu diketahui.
- HSP is a normal trait. 15-20% penduduk bumi adalah Highly Sensitive Person. Jumlah ini, menurut Dr. Elaine Aron terlalu banyak untuk disebut sebagai disorder namun tidak cukup banyak agar dapat dipahami oleh banyak orang.
- Sifat yang dibawa dari lahir. Dalam hal ini garis keturunan dan gen berpengaruh. Hal ini menyebabkan kerja otak dari HSP sedikit berbeda dibanding orang pada umumnya.
- HSP bukan merupakan hal yang baru namun telah disalahpahami oleh banyak orang. Highly Sensitive Person sering di labeli 'pemalu' walau pada nyatanya sifat pemalu bukanlah bawaan dari lahir selayaknya HSP.
- Perspektif dalam menilai sensitivitas di berbagai budaya itu berbeda. Dalam budaya yang tidak menghargai sensitivitas, orang-orang akan cenderung berkata "jangan terlalu sensitif!" sehingga dalam kondisi ini Highly Sensitive Person akan merasa seolah dirinya abnormal.
Sensitivity is a gift
Menjadi pribadi yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi membuat banyak individu HSP terlihat cukup berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Dengan sifatnya yang sangat reaktif terhadap sesuatu, sering kali orang-orang yang ada di sekitar Highly Sensitive Person menganggap mereka bertingkah cukup berlebihan. Dalam beberapa kasus, istilah 'Si Drama Queen' sering disandingkan dengan HSP.
Lantas apakah menjadi Highly Sensitive Person merupakan suatu kelemahan?
Jawabannya adalah TIDAK.
Mengutip video lain dari Pysch2go dalam seri Highly Sensitive Person-nya, dibalik sifat sensitivitas dan reaktivitas yang tinggi, ada kelebihan yang menjadikan Highly Sensitive Person istimewa.
- Cenderung lebih peduli terhadap orang di sekitarnya sehingga menjadikan individu HSP senang menolong sesama.
- Dapat menjadi pendengar yang baik karena bisa menempatkan diri seolah di posisi lawan bicaranya.
- Dapat berperan menjadi mediator yang baik.
- Kebanyakan Highly Sensitive Person cenderung sangat menghargai nilai-nilai norma dan aturan di sekitarnya. Hal ini menjadikan mereka sangat peka terhadap hal yang benar dan salah.
- Agar terhindar dari over stimulated, secara alami Highly Sensitive Person sangat membutuhkan mindfulness.
Selain dari poin-poin di atas, masih banyak kelebihan lain yang menjadikan Highly Sensitive Person istimewa. Karena itulah, menjadi individu HSP adalah sebuah keberkahan yang harus disyukuri karena tentu tuhan menjadikan sesuatu bukan tanpa alasan. Faktanya hanya satu dari lima orang di dunia yang diberikan keistimewaan ini.
Bagaimana seharusnya HSP menyikapi masa krisis?
Terlahir sebagai Highly Sensitive Person membuat seorang individu sangat rentan depresi ketika dihadapkan dengan suatu kondisi yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, menjalani keseharian di tengah masa krisis akibat pandemik seperti sekarang ini tidaklah mudah. Dengan rutinitas baru seperti work from home misalnya, individu HSP mungkin akan sedikit terganggu secara emosional karena harus beradaptasi dengan aktivitas yang selama ini belum pernah dilakukan. Selain itu, karantina di rumah yang membuat setiap orang tak dapat leluasa beraktivitas ke luar rumah juga sangat berpotensi untuk memicu stress individu HSP. Untuk itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan Highly Sensitive Person untuk survive di masa krisis ini. (Dikutip dari artikel "How to Survive This Pandemic Stress When You’re a Highly Sensitive Person" oleh Shannon Maynard)
1.Kenali dan luahkan apa yang ada dipikirkan
Pemicu stress dari faktor external mungkin dapat dilihat dan mudah dikenali, akan tetapi faktor internal yang bersumber dari dalam diri terkadang sulit untuk disadari. Bagi kebanyakan orang, terutama individu HSP, kondisi stress dan depresi kemungkinan besar bersumber dari arus pikiran yang terlalu sibuk di otak. Hal ini menyebabkan individu tersebut 'overwhelmed'. Selain itu, rasa sakit pada bagian tubuh tertentu juga dapat menyebabkan kondisi yang kurang nyaman dan memicu stress bagi individu HSP. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan untuk mengenali sumber pemicu depresi tersebut. Cobalah untuk 'mendengar' apa yang tubuh coba untuk katakan. Berhentilah sejenak dari aktivitas dan coba perhatikan pada bagian tubuh mana terasa kurang nyaman.
Foto oleh Tamba Budiarsana dari Pexels |
Apabila pemicu stress adalah rasa pegal pada tangan misalnya, maka cobalah untuk melakukan peregangan. Namun, jika dirasa sumber stress itu berasal dari internal pikiran, maka cobalah untuk beristirahat dan refreshing sejenak sebelum melanjutkan aktivitas kembali.
Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels |
Cobalah untuk mempraktikan rutinitas self-care. Hal ini bisa dilakukan di penghujung hari dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai. Sebagai contoh, aktivitas menulis jurnal harian, olahraga di dalam rumah, atau membuat kerajinan tangan bisa dicoba untuk me-recharge kembali suasana hati setelah seharian disibukkan dengan aktivitas bekerja.
Pola rutinitas yang baru mungkin bisa saja memicu stress, akan tetapi cobalah untuk memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk menciptakan momen yang lebih menyenangkan. Dengan melimpahnya waktu luang yang ada, ada banyak aktivitas menyenangkan baru yang dapat dilakukan. Sebagai contoh, cobalah untuk menikmati momen tea time di pagi atau sore hari, membaca buku kesukaan sebelum bekerja, mempraktikan mindfulness di malam hari, atau aktivitas yang bisa meningkatkan suasana hati lainnya.
Pahami Highly Sensitive Person
Terlahir sebagai Highly Sensitive Person bukanlah suatu pilihan hidup. Memiliki otak yang memproses segala hal lebih dalam dan menjadi sangat mudah sensitif mungkin juga bukan hal yang diinginkan bagi individu HSP. Untuk itu, pengetahuan tentang Highly Sensitive Person sangatlah penting untuk diketahui bagi semua orang.
Ketika melihat teman yang yang tiba-tiba menangis saat membaca sebuah postingan di feed media sosialnya, jangan serta merta melabelinya dengan ekspresi "Kamu cengeng sekali", karena ia secara alami sangat mudah untuk berempati.
Atau, ketika teman kita marah tatkala tidak terima akan candaan yang kita lontarkan kepadanya, jangan serta merta berkata "Jangan mudah sekali tersinggung!", karena otaknya bekerja dengan cara yang berbeda sehingga cenderung responsif dan emosional atas apa yang dialaminya.
Highly Sensitive Person memang memandang dunia dengan cara yang tidak sama dari kebanyakan orang, cenderung lebih sensitif dan dalam. Akan tetapi 'perbedaan' yang dimiliki oleh individu HSP ini bukanlah hal yang aneh atau janggal. Hal ini sama saja dengan kondisi ketika sebagian manusia terlahir bermata hitam sedangkan sebagian lainnya bermata biru atau, ketika sebagian manusia terlahir dengan rambut hitam dan sebagian lagi dilahirkan dengan rambut pirang.
Maka dari itu, kita harus paham bahwa sekitar 20% dari populasi manusia di bumi ini sangat mudah berempati dengan lingkungan sekitarnya, dapat menjadi pendengar yang baik, peka terhadap perasaan orang lain, serta dapat menjadi pribadi yang kreatif dan menyukai seni. Akan tetapi, perlu diingat bahwa mereka juga adalah individu yang sangat mudah menangis, mudah tersinggung, menyukai waktu sendiri, sangat emosional, sulit multitasking, dan rentan depresi.
Posting Komentar
Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya