Memasuki bulan September 2020, penyebaran wabah Covid-19 semakin luas melanda hingga ratusan negara di dunia. Pada tanggal 12 September 2020 tercatat sebanyak 28,5 Juta orang di dunia ini telah terinfeksi Covid-19. Sebagai salah satu negara yang terdampak virus corona, kondisi Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Tercatat 214.746 penduduk Indonesia telah positif terinfeksi Covid-19 dan sebanyak 152.458 orang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Sejak melanda dunia pada awal tahun 2020, hampir
seluruh tatanan kehidupan berubah. Orang-orang mulai sangat membatasi diri. Meski kebijakan berbagai negara berbeda, hal itu dilakukan untuk
mengantisipasi dampak lebih buruk yang akan timbul bagi negara nya. Ada beberapa
negara yang melakukan antisipasi dengan cepat seperti dengan mengeluarkan kebijakan
me-lockdown regional daerah mereka yang rawan penyebaran Covid-19. Tempat-tempat
persinggahan mulai diawasi. Lajur penerbangan dalam dan ke luar negeri pun diawasi dengan begitu ketat bahkan tidak sedikit pula negara yang melakukan lockdown selama beberapa hari. Seluruh aktivitas yang memungkinkan
pertemuan secara langsung mulai dihentikan. Orang-orang mulai bekerja dari jauh
(rumah). Sekolah-sekolah, tempat rekreasi, taman wisata, pasar-pasar, dan
beberapa tempat umum yang didatangi banyak orang mulai ditutup sampai waktu
yang ditentukan.
Cepatnya penyebaran Covid-19 secara nasional dan
internasional mulai menimbulkan situasi “panik”. Ancaman terhambatnya interaksi
secara langsung, menurunnya pendapatan bagi pengusaha, badai PHK bagi pekerja
karyawan, terhambatnya proses pendidikan, ketidaksiapan penanganan secara
kesehatan, ancaman krisis ekonomi hingga ancaman resesi pun mulai menghantui. Selain itu, ada
hal yang mungkin tidak terlalu dibahas namun sangat menentukan ketahanan dan kelangsungan
suatu negara dalam menghadapi berbagai krisis dan masalah global, salah satunya dari pandemi Covid-19 yang sedang melanda saat ini. Hal itu ialah ancaman
krisis pangan yang tanpa disadari mulai timbul dan sewaktu-waktu dapat terjadi.
Manusia pada hakikatnya sangat tergantung dengan alam.
Air yang akan diminum, udara untuk bernafas, tanaman yang tumbuh untuk dimakan,
hutan sebagai pelindung, serta laut dan gunung sebagai sumber penghidupan, semua
itu merupakan ekosistem yang harus dijaga untuk kehidupan manusia karena dari sana lah manusia dapat menghasilkan pangan.
Sebagai negara maritim dan agraris
tropis terbesar di dunia dengan potensi produksi pangan yang sangat banyak dan
beragam, bangsa kita sejatinya berpeluang besar untuk menjadi bangsa maju dan
makmur serta memiliki jaminan ketahanan pangan bagi warga negara nya. Ketahanan pangan ini dapat terpenuhi apabila terdapat kebijakan yang memungkinkan setiap warga negara benar-benar mendapatkan hak nya atas ketersediaan pangan yang cukup, aman, beragam, bermutu, bergizi, merata serta terjangkau untuk dimiliki.
Sejak pertama kali kasus positif Covid-19 di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu, berbagai upaya serta kebijakan telah dilakukan
pemerintah melalui gugus tugas terkait untuk menghambat laju penyebaran virus.
Simpang siur kebijakan antara nasional dan regional pun sering terjadi. Bukan
berfokus penuh pada penanganan, hal-hal yang secara adminisitratif pun menjadi polemik
dan bahasan yang tak henti-henti. Perbedaan kebijakan bahkan terjadi dalam kabinet
Presiden Jokowi. Hal inilah salah satu yang menyebabkan lamban nya penanganan
serta tidak optimal atau jauh dari kata efektif setiap kebijakan yang dilakukan
oleh gugus tugas dalam menangani penyebaran virus. Beruntung kita hidup di negara
yang majemuk dan memelihara toleransi. Secara naluri masyarakat Indonesia telah
terbiasa untuk tidak bergantung pada suatu hal secara penuh, misalnya pada
pemerintah. Masyarakat Indonesia itu mandiri, ia bercocok tanam dan mencari
cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan lahir dan batin nya.
Meski pandemi ini menimbulkan dampak
yang luar biasa bagi kehidupan setiap orang, masyarakat Indonesia mulai terbiasa
untuk beradaptasi. Bagi mereka, kehidupan bukan hanya tentang hari ini. Ada hari-hari
ke depan yang juga perlu dipersiapkan. Cita-cita mereka, juga anak-anak mereka
adalah investasi bagi mereka dalam menatap masa depan. Berdiam diri dirumah bukan
menjadi wajib bagi mereka, justru menjadi pilihan. Bila keluar rumah pun mati, maka
tanpa bekal memadai berdiam diri di rumah sama saja dengan bunuh diri, demikian
kata itu pun keluar dari naluri mereka.
Karena hal tersebut, maka sebenarnya perlu
kebijakan melalui pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dilakukan untuk
dapat meyakinkan masyarakat terhadap bahaya pandemi ini. Ada banyak cara-cara
yang persuasif sebetulnya dapat dilakukan oleh pemerintah. Memaksa orang-orang
Indonesia berdiam diri di rumah tanpa perbekalan secara pangan dan finansial
yang memadai maka justru akan menimbulkan permasalahan baru lagi.
Ada sebuah kalimat yang sebetulnya secara nasihat bernegara itu perlu diperhatikan. “Control oil and you control the nations; control food and you control the people..” Kontrol minyak maka Anda akan kendalikan negara; kontrol pangan maka Anda akan mengendalikan rakyat ~Henry Kissingererdaulat secara pangan saat ini adalah cara yang sangat relevan bagi pemerintah untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk lagi. Sebab faktanya mau seperti apa pun, virus ini telah terlanjur menyebar. Dampak yang ditimbulkan dengan cepat mulai dirasakan. Ekonomi memburuk, daya beli masyarakat menurun bahkan hilang. Orang-orang mulai membatasi pengeluaran. Per 9 September 2020, kasus yang terkonfirmasi positif masih tergolong tinggi serta statistik kurva menunjukkan belum adanya tanda-tanda akan melandai dan turun. Oleh karena itu perlu cara-cara yang luar biasa agar kondisi dapat terkendali, ekonomi cepat pulih, penyebaran virus dapat dihentikan bahkan dapat memunculkan peluang baru sebagai momentum bagi bangsa ini untuk bangkit maju dan berdikari pada semua aspek sehingga tidak bergantung lagi pada negara lain.
Generasi milenial yang mendominasi Indonesia saat ini atau sekitar 34% dari total penduduk Indonesia sekarang merupakan aset yang sangat potensial dan berharga. generasi ini kedepan dianggap mampu dan bakal membawa Indonesia pada kemakmuran dan kejayaan. Tak terbendung seperti hujan, meski virus ini mampu menghilangkan nyawa akan tetapi virus ini tidak akan mampu mematikan semangat milenial. selalu ada kemudahan dibalik kesusahan, selalu ada peluang dibalik ancaman. Munculnya industri ekonomi kreatif sangat sejalan dengan beralihnya berbagai lini usaha yang ada dimasa pandemi ini kepada bisnis online. Maka pemerintah perlu hadir secara maksimal dalam mendukung serta memfasilitasi. Salah satu hal yang harus dioptimalkan dan diefisienkan secara cepat adalah sektor industri pertanian. Pangan mulai dilirik oleh kaum milenial.
Sebab, tanpa disadari dari segi pangan masyarakat saat ini mengalami fenomena obesitas atau kelebihan karbohidrat. Menghabiskan banyak waktu dengan berada dirumah tentu mengubah kebiasaan. Porsi makan terus berjalan bahkan meningkat sedangkan aktivitas yang menggerakkan badan mengalami penurunan. Oleh karena itu, Pemerintah harus hadir untuk memastikan bukan hanya karbohidrat yang dikonsumsi oleh masyarakat terdampak Covid-19. Tetapi yang sangat penting adalah harus menyeimbangkan gizi masyarakat, melalui makanan yang dikonsumsi.
Reforma agraria dan slogan mari bertanam dinilai cocok untuk digalakkan kembali. Lahan yang ada baik lahan luas maupun lahan seadanya di sekitar rumah juga dapat dimanfaatkan untuk bertanam. Mulai dari tanaman sayuran, buah-buahan hingga tanaman pangan berat seperti jagung, gandum dan padi. Peduli akan keseimbangan gizi serta mandiri dalam hal pangan ini dapat menghantarkan kita keluar dari beratnya kondisi pandemi serta dapat kembali pada gelar swasembada pangan seperti beberapa tahun silam.
Tuntutan menguasai marketing pada bisnis online harus diberikan pemerintah melalui pelatihan kepada masyarakat khususnya petani dan umumnya kaum milenial. Saat masa pandemi tentu para konsumen lebih memilih cara-cara pemesanan praktis dan bersih, seperti pemesanan melalui media online. Adanya percepatan perbaikan pangan, maka kedepannya kita sebetulnya dapat keluar dengan mudah dan selamat dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Penulis: Masagus Gunawan
Milenial solusi aktif menuju kedaulatan pangan kedepan. Rindu masa swasembada dulu. Salut ��
BalasHapusKeren�� jadi wong kudu solutif :')
BalasHapusketahanann pangan merupakan pondasi kehidupan bangsa memang benar adanya yah..
BalasHapusSepakat, memanfaatkan SDA yang ada sehingga tidak impor pangan lalu bisa meningkatkan ekspor sehingga neraca perdagangan bisa surplus💦
BalasHapusPosting Komentar
Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya