Sumber Foto: Unsplash.com |
Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena..
Belum sempat berdzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang,
belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.
Niat pukul 9.00 pagi hendak Sholat Dhuha, tiba-tiba adzan Dhuhur
sudah terdengar..
Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Quran, menambah hafalan satu
hari satu ayat, itu pun tidak dilakukan.
Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan
Tahajjud dan Witir, walau pun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan.
Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? Berseronok
dengan usia?
Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40,
tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mula memanggil kita dengan
panggilan "Tok Wan, Atok...Nek" menandakan kita sudah tua.
Lalu, sambil menunggu Sakaratul Maut tiba, diperlihatkan catatan
amal yang kita pernah buat....
Astaghfirullah, ternyata tidak seberapa sedekah dan infaq cuma
sekedarnya, mengajarkan ilmu tidak pernah ada, silaturrohim tidak pernah buat.
Apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan
kesakitan di saat berpisah daripada tubuh ketika Sakaratul Maut?
Tambahkan usiaku ya Allah, aku memerlukan waktu untuk beramal
sebelum Kau akhiri ajalku.
Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60
tahun?
Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang, petang dan
malam, perlu berapa minggu, bulan, dan tahun lagi agar kita BERSEDIA untuk
mati?
Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk
menghasilkan pahala, maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi
orang-orang yang terlena.
Karya : Prof. Hamka
Mantabs
BalasHapusPosting Komentar
Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya