Ada sebuah kutipan yang menarik bagi saya yakni tulisan milik seorang penulis novel terbaik di Indonesia. Kutipan itu terdapat pada novelnya yang berjudul Hujan. Beliau menjelaskan bahwa hidup ini tidak lepas dari sebuah kata “menunggu”.
Ketika kecil dulu pertanyaanya, “kapan bisa berangkat sekolah?” Lalu, saat mulai beranjak dewasa, “kapan yah bisa kuliah?” Pertanyaan terus berlanjut dan berkembang mengikuti usia, “Kapan bisa sarjana? Kapan bisa kerja? Kapan bisa menikah?” Kita terus saja menunggu hingga kita mungkin akan menunggu waktu kita tak lagi menunggu - mati.
Setiap dari kita pun selalu saja menunggu. Ya, mungkin kebanyakan dari teman sekarang sedang di fase menunggu kapan jodoh tiba. Galau dibuatnya. hehe. Kalau kata Bung Fiersa, “Menunggu tapi tak ditunggu!” nyesek bangetkan rasanya!
Btw, Sobat pernah gak mengalami sebuah kondisi sulitnya mencari suatu benda, walaupun dengan segala usaha tapi tetap berujung tidak ketemu? Lalu, sobat pasrah dan memutuskan untuk tidak mencarinya sejenak. Eh, entah kenapa benda yang hendak dicari tiba-tiba muncul dengan sendirinya di depan mata. Aku rasa mungkin begitu juga perkara jodoh Sob haha, *untuk yang udah ketemu jodohnya boleh dong spill di komentar benar atau enggak wkwk
Tapi aku memiliki pandangan lain, pasrah hingga meneteskan sebuah air mata bagiku merupakan kebanggaan seorang manusia. Manusia tidak akan meneteskan air mata kebanggaan jika ia belum melakukan sebuah usaha secara maksimal bukan (?) Apa lagi ketika ia meneteskan air mata itu dihadapan Tuhannya.
Benarlah jika kita mengatakan puncak tertinggi usaha seorang manusia adalah berserah diri kepada Pencipta. Pintu harapan itu tidak terbuka dengan sendirinya, melainkan Tuhan lah yang membukakannya untuk kita. Kadang manusianya saja yang lama menyadari bahwa segala sesuatu kejadian di muka bumi ini tidak luput dari kuasa Tuhan.
Jadi tidak perlu heran lagi ketika pintu harapan tiba-tiba terbuka sendiri di saat kita benar-benar pasrah dan berserah diri, karena sejatinya manusia tidak akan menghadapi ujian di luar batas kemampuannya.
Selama dua bulan sepuluh hari hanya digunakan untuk menunggu jadwal sidang sarjana. Kesal. Marah. Bingung. Sedih. Perasaan campur aduk. Sampai tiba waktu untuk aku mencoba belajar berserah diri. Ya, pasrah sebenarnya dengan mengejawantahkan usaha ikhlas paling murni. Tak butuh waktu lama pintu harapan terbuka lebar - menjadi sarjana.
Ya, berserah diri sesungguhnya bukan berarti menunggu sekadar menunggu. Menunggu dengan mencoba segala upaya yang bisa dilaksanakan penuh ikhlas yang murni dan menggantungkan harap hanya kepada-Nya - meraih hal baik dan senantiasa berpikir positif. Di saat itulah pintu harapan terbuka.
Begitulah keajaiban pasrah. Percaya atau tidak, takdir kita sudah ada yang mengaturnya. Tidak perlu terburu-buru menuntut hasil karena yang bisa kita lakukan hanya usaha dengan sabar dan ikhlas. Sekalipun merasa rapuh, percayalah bahwa kita pasti bisa menyelesaikan ujian kita.
Ketika kecil dulu pertanyaanya, “kapan bisa berangkat sekolah?” Lalu, saat mulai beranjak dewasa, “kapan yah bisa kuliah?” Pertanyaan terus berlanjut dan berkembang mengikuti usia, “Kapan bisa sarjana? Kapan bisa kerja? Kapan bisa menikah?” Kita terus saja menunggu hingga kita mungkin akan menunggu waktu kita tak lagi menunggu - mati.
Setiap dari kita pun selalu saja menunggu. Ya, mungkin kebanyakan dari teman sekarang sedang di fase menunggu kapan jodoh tiba. Galau dibuatnya. hehe. Kalau kata Bung Fiersa, “Menunggu tapi tak ditunggu!” nyesek bangetkan rasanya!
Btw, Sobat pernah gak mengalami sebuah kondisi sulitnya mencari suatu benda, walaupun dengan segala usaha tapi tetap berujung tidak ketemu? Lalu, sobat pasrah dan memutuskan untuk tidak mencarinya sejenak. Eh, entah kenapa benda yang hendak dicari tiba-tiba muncul dengan sendirinya di depan mata. Aku rasa mungkin begitu juga perkara jodoh Sob haha, *untuk yang udah ketemu jodohnya boleh dong spill di komentar benar atau enggak wkwk
Manusia Tidak Akan Menghadapi Ujian Di Luar Batas Kemampuannya
Setiap usaha yang dilakukan terkadang belum membuahkan hasil. Hingga seseorang bisa saja meneteskan air matanya di tengah lelah dalam berusaha. Banyak orang mengartikan air mata itu sebagai pertanda seseorang itu lemah, “ah baru usaha sedikit udah nangis, dasar lemah!”Tapi aku memiliki pandangan lain, pasrah hingga meneteskan sebuah air mata bagiku merupakan kebanggaan seorang manusia. Manusia tidak akan meneteskan air mata kebanggaan jika ia belum melakukan sebuah usaha secara maksimal bukan (?) Apa lagi ketika ia meneteskan air mata itu dihadapan Tuhannya.
Benarlah jika kita mengatakan puncak tertinggi usaha seorang manusia adalah berserah diri kepada Pencipta. Pintu harapan itu tidak terbuka dengan sendirinya, melainkan Tuhan lah yang membukakannya untuk kita. Kadang manusianya saja yang lama menyadari bahwa segala sesuatu kejadian di muka bumi ini tidak luput dari kuasa Tuhan.
Jadi tidak perlu heran lagi ketika pintu harapan tiba-tiba terbuka sendiri di saat kita benar-benar pasrah dan berserah diri, karena sejatinya manusia tidak akan menghadapi ujian di luar batas kemampuannya.
Titik Pasrah Sebenarnya : Mengejewantahkan Usaha Ikhlas Paling Murni
Sedikit cerita nih, boleh kan yah hehe? Dulu saat mimin kuliah, ada sebuah ujian pendewasaan - hanya beda bentuknya saja - yang mungkin setiap dari kita pernah alami. Dulu, mimin pernah digantung soal jadwal sidang yang tak kunjung datang - menunggu tapi tak ditunggu.Selama dua bulan sepuluh hari hanya digunakan untuk menunggu jadwal sidang sarjana. Kesal. Marah. Bingung. Sedih. Perasaan campur aduk. Sampai tiba waktu untuk aku mencoba belajar berserah diri. Ya, pasrah sebenarnya dengan mengejawantahkan usaha ikhlas paling murni. Tak butuh waktu lama pintu harapan terbuka lebar - menjadi sarjana.
Ya, berserah diri sesungguhnya bukan berarti menunggu sekadar menunggu. Menunggu dengan mencoba segala upaya yang bisa dilaksanakan penuh ikhlas yang murni dan menggantungkan harap hanya kepada-Nya - meraih hal baik dan senantiasa berpikir positif. Di saat itulah pintu harapan terbuka.
Begitulah keajaiban pasrah. Percaya atau tidak, takdir kita sudah ada yang mengaturnya. Tidak perlu terburu-buru menuntut hasil karena yang bisa kita lakukan hanya usaha dengan sabar dan ikhlas. Sekalipun merasa rapuh, percayalah bahwa kita pasti bisa menyelesaikan ujian kita.
Semangat min.. 💪
BalasHapussemangat untuk kita semua.. :D
HapusPosting Komentar
Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya